Sunday, January 13, 2019

CABE MATI

"Cabe memang pedas, garam memang asin, bawang memang membuat mata bisa perih, tapi kalau bisa meramunya secara tepat dan pas, dukacita dan perkelahian bisa membuat keluarga jadi kokoh dan kuat, sekaligus bisa membuat keluarga menjadi taman jiwa yang terindah." Gede Prama

Pagi ini datang ke tempat kerja saya menyempatkan diri mengecek tanaman di pot-pot kecil yang biasa anak-anak siram sewaktu nature time dan menemukan pohon cabe kecil yang berbuah hanya satu itu mulai mati. Entah memang harus mati karena sudah saatnya atau karena selalu terlewati tidak mendapat siraman air. Saya berpikir waktu itu bisa jadi contoh pohon kecil yang unik dan menarik, cabe yang kecil saja bisa menghasilkan buah dibandingkan dengan pohon cabe besar dekat dinding pembatas yang memang selalu berbuah. Tapi kenyataan memang berbicara lain, pohonnya harus mati.

Pak Gede Prama mengibaratkan hancurnya cabe dalam cobek dengan teman-teman yang lain adalah sebuah dukacita dan perkelahian yang positif yang hasilnya membuat jiwa semakin indah. Tapi proses dihancurkan itu menyakitkan, apalagi kalau saya menemukan cabe yang mati sebelum di nikmati adalah kesedihan. Terlalu baper hanya gara-gara cabe mati ya saya, iya kali ya, sedihnya adalah belum sempat anak-anak menyaksikan proses dari cabe kecil hijau menjadi matang, dia sudah mati duluan.

Tapi ini adalah hal bagus buat jiwa saya, kenapa? Karena saya mendapat peringatan bahwa segala sesuatu pada waktunya akan ada akhirnya. Jadi baik kapan waktunya entah apapun itu bahkan nyawa saya pun, akan ada akhirnya. Kalau saya sudah berbuah dan bisa "dinikmati" mungkin saya bisa sedikit lega. Tapi kalau belum? Saatnya saya menunjukkan buah saya dan membuatnya matang Dan siap di hancurkan untuk dinikmati.

No comments:

Post a Comment