Saturday, September 1, 2018

Teh, Kopi dan Gerobak

"Jangan pernah sekalipun menilai sesuatu dari kulit luarnya saja" Strange Magic

Panas menyengat siang ini entah menimbulkan suasana yang berbeda, apakah karena tadi pagi gerimis menyiram mengawali bulan ini? Ah, bisa saja terjadi tapi yang jelas setelah pekerjaan saya selesai saya menyempatkan diri meneguk segelas air teh kemasan murah seharga seribu limaratus supaya sedikit melegakan tenggorokan.

Beberapa tegukan saya nikmati kemudian mampir seseorang pemberi barang bekas dengan gerobaknya, wajahnya kusam seberat perjuangannya hari ini mungkin, beberapa kardus terikat dan beberapa jerigen bekas tertampung di gerobaknya. Segelas kopi susu di pesannya dan dengan pelan dia menyeruput kopi itu. Saya beranikan diri menyapa dengan pertanyaan sederhana, "sudah muter ke mana aja ini pak kelihatan penuh bawaannya?" "Ah, kemana saja kaki membawa melangkah mas..." "Lumayan ya pak kardusnya banyak dapatnya? Berapa sekilonya sekarang pak?" Tanya saya lagi. Matanya memandang gerobaknya sambil tangannya memegang kembali gelas kopi, bibirnya sebentar meniup panasnya dan kemudian kembali di minumnya, kemudian dia menjawab saya, "yaah...murah mas, kayak nggak ada harganya sekilo cuman seribu, coba berapa saya harus beli dari penjual dan orang-orang? enak mah pengepul mas udah pasti dapat harganya dari pabrik." Saya mencoba berhitung tapi tidak menemukan hitungan yang saya  rasa menghasilkan uang yang cukup buatnya, saya ajukan lagi pertanyaan, "kalau besi bukannya mahal Pak?" "Sama aja mas, sekilo cuman enam ribu, kalau saya bisa dapat sepuluh kilo berarti dapat enam puluh ribu, tapi modalnya berapa coba kalau saya beli besi bekasnya dari orang? Sekilo palingan saya untung dua ribuan, kalau sepuluh kilo ya untungnya dua belasribu, buat makan sama ngopi udah habis sehari."

Saya menyedot teh manis gelas sampai tandas kemudian masih sempat menatapnya sembari berkata dalam hati, "kamu hebat pak, kalau saya jadi bapak belum tentu saya kuat setiap hari berjuang seperti ini." "Ah...pak, maaf ngomong-ngomong saya duluan ya pak, masih ada urusan ini, saya pamit duluan." "Oh, iya mas, hati-hati mas." jawabnya.

Saya meninggalkannya dengan sebuah pelajaran berharga, namanya adalah berjuang...ya terus berjuang, tidak peduli berapapun hasilnya yang terpenting saya belajar hari ini, jangan berhenti berjuang!

"Perbekalannya akan Kuberkati dengan limpahnya, orang-orangnya yang miskin akan Kukenyangkan dengan roti..." Mazmur 132:15