Thursday, March 19, 2020

Mesin Cuci 20Ribu


Akhirnya setelah menunggu dari dua hari yang lalu, hari ini si bapak tukang barang bekas lewat juga depan rumah. Segera saya hentikan dia dan menawarkan mesin cuci bekas yang sudah hampir setahun teronggok mati rusak di belakang rumah. Bahkan kemarin sampai ada tikus mati di dalamnya bikin bau dan repot juga mengeluarkannya. Si bapak berhenti kemudian memarkirkan motor bergerobak didepannya itu lalu saya ajak kebelakang rumah, saya tanya dia, "kuat nggak Pak ngangkatnya, kayaknya berat nih." Dia jawab, "enggak mas, tenang aja saya kuat kok, ini kan bukan besi semua." Eh, benar juga dengan sekali angkat dia bawa sampaindia masukkan ke dalam gerobaknya. 

Selesai menata digerobaknya, dia menghampiri saya, jadi mau dijual berapa nih mas? Soalnya banyak plastiknya juga nih, nggak bisa mahal. Saya bilang ke istri, gimana, dia jawab terserah aja. Ya sudah, akhirnya saya jawab ke bapaknya, terserah saja lakunya berapa. Dan kemudian dia mengeluarkan uang selembar dua puluh ribuan. Wow, penyusutan harganya luar biasa ya, dulu awal beli, eh kredit maksudnya harganya dua jutaan, setelah sekian lama sampai rusak hanya tinggal dua puluh ribu saja.

Iya, umurnya si mesin cuci ini memang seumur si pumpkin, setelah tiga bulan saya nyuci pakai tangan akhirnya bisa nyicil mesin cuci jadinya nyucinya nggak capek lagi. Sampai tahun kemarin, akhirnya jebol dan nggak bisa dipakai lagi. Merek ini memberi bukti memang awet dan kuat sampai benar-benar titik darah penghabisan kalau seperti pejuang. Puas banget pakainya dan sangat terbantu dengan keberadannya. Tapi memang semua ada umurnya, semua ada akhirnya. Sama dengan keadaan sekarang, semua pasti akan berakhir, memang akan ada bagian yang nggak enak dan menyedihkan, tapi namanya perjalanan harus melewatinya. Kata-kata yang sering sekarang ditulis dan digaungkan "This too shall pass" pasti akan berlaku pada waktunya. Eh, ngomongin mesin cuci kok sampai virus, ya nggak papalah ya, disambung-sambungin aja. Segala sesuatu pasti Ada akhirnya, itu!

"Satu mesin dapat melakukan pekerjaan dari lima puluh orang biasa. Mesin tidak dapat melakukan pekerjaan luar biasa seseorang." Elberd Hubbard

Tuesday, March 17, 2020

Tikus Mati


"Kadang masa lalu tak berbekas, kadang masa lalu menimbulkan bau seperti mayat tikus di sudut dapur. Semakin lama semakin menyengat." Jason Abdul

Dari hari Minggu tercium bau busuk seperti sesuatu yang mati dibelakang rumah, beberapa kali ketika angin bertiup kedalam rumah bau menyengat turut terbawa kedalam. Beberapa waktu lalu si Mami melihat sekelebatan ada tikus berlarian disekitar mesin cuci belakang rumah, bisa jadi tikus ini memakan racun dan kemudian mati dibelakang rumah kita.

Akhirnya, siang tadi mencoba mencarinya, dengan sebatang Kayu bekas dahan pohon mangga saya coba bongkar-bongkar bekas daun-daunan yang saya potong sabtu kemarin, nggak ada disana. Saya coba cari sambil membaui sana sini dan akhirnya tertuju pada mesin cuci bekas yang tertutup kain. Dan benar saja, saya ambrukkan mengeluarkan air didalamnya, dan sengaja bongkar bawahnya, ternyata banyak sekali daun-daun kering dan seonggok bangkai juga. Baunya? Haduuuuuh...sampai mau muntah berkali-kali saya. Dengan menggunakan linggis untuk menahan pecahan mesin cuci lalu saya keluarkan bangkainya dengan kayu. Setelah itu saya buat lubang saya kuburkan. Lega...iya lega banget, meskipun rasanya baunya nggak hilang-hilang sampai pusing kepala saya.

Eh tapi, ngomongin bangkai tikus ini nggak ngomongin masa lalu dan semua bau-baunya (bisa jadi ada yang busuk), meskipun saya ambil quote diatas jadi pembuka tulisannya. Ya semua punya masa lalu, entah baik entah buruk, entah berbekas atau tidak, entah berbau busuk atau wangi, semuanya sudah masa lalu. Seperti lagi dangdut yang langsung bisa didendangkan, "masa lalu...biarlah masa lalu...jangan pernah...." Gitu! Yang penting sudah dikubur dan nggak perlu diotopsi juga kan? Ya sudah, sekarang mending menatap masa depan dan jangan biarkan tikus mati membusuk di halaman kita.

Monday, March 16, 2020

Ganti Resleting

"Meski saat sulit atau menyakitkan, orang-orang harus menghargai arti sebuah kehidupan." Yato - Noragami

Sambil nunggu cucian di mesin selesai, saya bersihkan pohon-pohon ginseng jawa yang mulai banyak di samping cucian. Begitu mau saya bawa kedepan rumah supaya bisa saya masukkan ke dalam komposter, eh mas San tukang jahit keliling pas banget lewat sambil teriak, "servis celana...jahit, jahit!" Langsung saja saya teriak memanggilnya untuk mampir. Mampir bukan sembarang mampir, mampir kerumah ada yang mau dipikir...eh malahan kayak pantun. Maksudnya mau gantiin resleting kantong celana kerja tepatnya, sekaligus juga jahit tas yang dipakai si Mami kemarin lusa tiba-tiba jebol ketarik atau entah bagaimana, mungkin juga karena keberatan bawa barang bawaan.

Sambil ngobrol, kok lama nggak kelihatan, berkeluh kesah tentang naiknya iuran bepejees, karena dia harus menanggung 4 orang lainnya di kampung sana, sampai cerita tentang hari ini makan apa saja. Saya mulai melihat langit sudah sangat mendung, entah sebentar lagi hujan atau enggak, Hawa dingin dan perubahan suasana menjelang sore semakin nggak enak rasanya. Sama mungkin seperti yang dirasa oleh mas San, mungkin sih. Yah siapa orang yang tidak berkeluh kesah, tapi selalu ada hal baik dibalik semua kesusahan. Sebuah kata bijaksana berkata, "Meski saat sulit atau menyakitkan, orang-orang harus menghargai arti sebuah kehidupan." 

Kehidupan masih terus berjalan, cara menghargainya bukan hanya dengan menjalaninya, tapi menikmatinya dengan ucapan syukur dan bahagia. Tiga resleting dan jahit tas seharga tigapuluh lima ribu menutup perbincangan saya. Saya senang celana dan tasnya kembali bisa dipakai, mas San senang sudah hampir malam pulang bawa uang.

Apakah kalian sudah ganti resleting? 

Aku hanyalah...

Aku hanyalah...!

Lalu kamu mau berkelit apa lagi?
Coba kau ikut gugurnya daun 
Dan tersapu angin 
Tanpa melawan! 

Ya, aku jawab seringaimu itu
Aku hanyalah sepucuk harap 
Menanti terus tumbuh tanpa sekat
Bertahan erat
Hingga nanti ikut gugur 
Tersapu angin
Tanpa melawan.

Ya, aku hanyalah
Sepucuk daun sendiri, Dan aku
Tak berkelit.

#DigitalPoetryDay