Monday, February 17, 2014

7 hal penting supaya pernikahan bahagia

Tujuh hal penting supaya pernikahan bahagia:

1. CINTA: Perasaan khusus yang membuat Anda merasa semua hangat dan indah..
2. HORMAT: Memperlakukan pasangan Anda seperti Anda ingin diperlakukan.
3. PENGHARGAAN: Untuk bersyukur atas semua hal baik yang pasangan Anda lakukan untuk Anda.
4. KEBAHAGIAAN: Teh kenikmatan penuh setiap saat dihabiskan bersama-sama dengan wajah tersenyum.
5. PENGAMPUNAN: Kemampuan untuk memaafkan satu sama lain demi Allah.
6. BERBAGI: Sukacita memberi tanpa pikiran penerima.
7. KEJUJURAN: Kualitas selalu mengatakan yang sebenarnya


sumber : fb Kisah-kisah Inspiratif

Aturan Penting Buat Ayah

SIAPA bilang mengasuh dan mendidik anak hanya tugas serta kewajiban ibu? Ayah juga harus berperan serta! Tanpa itu, segalanya akan berjalan pincang. Anak akan tumbuh tanpa tokoh panutan yang lengkap, apalagi jika ia anak laki-laki.
Bagaimana ia bisa menjadi ayah yang baik nantinya jika tak pernah mendapat contoh serta pengalaman dari ayahnya? Nah, berikut ini hal-hal yang sebaiknya dilakukan para ayah.

1. Jangan berharap kelewat banyak Bila anak tahu bahwa Anda berharap banyak padanya, ia akan berusaha memberikan semampunya. Namun di sisi lain, jangan berharap kelewat banyak karena jika anak tak sanggup memenuhinya, ia akan merasa sedih dan takut tak disayang ayah.

2. Menerima kesalahan
Bila Anda yakin salah satu dari anak menimbulkan masalah di dalam rumah dan menyalahkannya, sadarilah, hal ini tidak membuat keadaan menjadi lebih baik. Memang puas rasanya memarahi dan menyalahkan, namun ini hanya akan memperburuk keadaan. Cintai dan terima anak bahwa mereka dapat berubah ke arah yang positif.

3. Kenali lebih dalam Cari tahu sedapat mungkin segala sesuatu mengenai anak Anda. Cari tahu mainan dan warna kesukaan mereka, siapa teman dekatnya, siapa tokoh pahlawan mereka, dan lainnya. Dengan memperlihatkan perhatian, Anda memunjukkan cinta Anda kepada mereka. Tanpa adanya pendekatan, Anda memperlihatkan sikap tidak peduli dan menganggap mereka tidak penting.

4. Katakan "TIDAK"
Kini banyak hal berbahaya bagi anak di "luar sana" yang sangat menggoda mereka. Anak harus belajar disiplin, pengendalian diri, dan bagaimana menunda kepuasan bila Anda mengatakan "TIDAK" pada mereka. Mengatakan "TIDAK" berarti membantu Anda memiliki anak yang sehat, bahagia, dan dapat bekerja sama.

5. Memukul karena tidak belajar
Penelitian menunjukkan, tamparan atau pukulan membuat anak-anak memiliki rasa percaya diri yang rendah. Memukul atau menampar anak hanya akan meningkatkan rasa takut anak terhadap ayahnya. Apakah memang ini yang Anda inginkan?

6. Perlakukan istri dengan baik
Bagaimana Anda memperlakukan istri merupakan petunjuk terpenting bagi anak tentang hubungan pria dan wanita. Usahakan tidak bertengkar di depan mereka. Bersikaplah dengan baik, daripada menunjukkan sikap bahwa Anda selalu benar.

7. Tindakan lebih keras daripada kata-kata
Banyak orangtua mengancam anaknya bila tak dapat diajak kerja sama. Bila Anda tak mempraktikkan konsekuensi ancaman itu, ia akan menyepelekan ancaman Anda. Yang mereka pahami adalah tindakan. Bila hak-hak tertentu yang mereka miliki dilarang karena tidak adanya kerja sama mereka, mereka akan memahami dengan cepat bahwa Anda bersungguh-sungguh.

8. Dengarkan dengan sungguh-sungguh
Jangan mendengarkan secara sepintas, tapi belajarlah mengerti apa yang mereka katakan. Refleksikan kembali apa yang dikatakannya. Bila Anda ingin ia mendengar apa yang Anda katakan, Anda pun harus mendengarkan apa yang dikatakannya.

9. Beri tanggung jawab sesuai usia Bila anak masih kecil, mungkin yang dapat dilakukannya hanya membereskan tempat tidur dan menjaga kamar tetap rapi. Bila mereka bertambah besar, tambahkan tanggung jawab. Katakan padanya, di dalam keluarga setiap anggota punya tanggung jawab masing-masing. Jangan beri hadiah untuk tanggung jawab yang memang harus mereka lakukan.

10. Katakan "LUAR BIASA"
Puji dan katakan betapa luar biasanya ia bagi Anda. Hal ini terutama sangat penting untuk disampaikan pada saat anak memiliki masalah. Tunjukkan kepada anak, apa yang membuat dia luar biasa karena hal ini akan lebih mengena dan berarti baginya.

http://female.kompas.com

Sunday, February 16, 2014

Perhatian Ayah Memengaruhi Perkembangan Emosi Anak

Riset terbaru mengungkapkan, ayah yang "hangat" membuat anak lebih mudah menyesuaikan diri, lebih sehat secara seksual, dan perkembangan intelektualnya lebih baik.

"Keterlibatan ayah dalam keluarga akan meningkatkan IQ anak sampai 6-7," kata Berry Brazelton, seorang dokter anak. Di samping itu, anak akan lebih memiliki rasa humor, lebih percaya diri, dan mempunyai motivasi belajar.

Menurut Dr Louis B Silverstein dari Universitas New York, AS, ada hubungan langsung antara pertemuan ayah-anak dan tingginya tingkat agresivitas anak, serta tingkah laku yang cepat dewasa pada anak perempuan.

Cuma masalahnya, bagaimana membina hubungan mesra antara ayah dan anak? Jangan khawatir, banyak yang bisa Anda dilakukan, antara lain: 1. Bermain bersama anak
Dengan bermain bersama, membantu membuat (dalam arti mengajar) pekerjaan rumah, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas kebersamaan dengan anak di rumah maupun di luar rumah.

Contoh kebersamaan ini antara lain bisa ditempuh dengan cara seperti mengajak anaknya yang naik kereta api. Bukan kereta api jarak jauh, melainkan kereta api jurusan Jakarta Kota–Bogor. Anak akan senang sekali.

2. Jangan sampai kelimpahan materi menggusur hubungan pribadi
Bekerja keras merupakan keharusan, tetapi setiap ayah perlu menghindari godaan materi. Ayah yang bijaksana tahu bahwa relasi ayah–anak bukanlah soal material, melainkan kepuasan hidup. Itu bisa berarti sebuah pilihan.

Misalnya saja, mana yang lebih penting, mempunyai rumah di atas tanah seluas 3.000 meter persegi dengan kolam renang yang indah atau membuat setiap penghuni rumah merasa kerasan tinggal di dalamnya?

Atau, mana yang lebih utama, mempunyai dapur yang indah atau kepastian setiap anggota keluarga bisa duduk bersama saat makan malam dan berbagi pengalaman?

3. Ayah yang efektif adalah ayah yang mengenal anaknya
Ayah yang efektif tahu apakah dia telah mengecewakan anaknya. Pun dia tahu hal-hal apa saja yang disukai anaknya. Ayah seperti ini juga tahu perbedaan anaknya dengan anak-anak tetangga. Mereka pun sangat peduli dengan karakter si anak.

Ken R Canfield, pengarang buku The Seven Secrets of Effective Fathers yang meneliti 4.000 orang ayah, sampai pada kesimpulan bahwa seorang ayah yang baik tahu keadaan anaknya bila sang anak tengah menghadapi masalah atau bagaimana harus meneguhkan hati anak.

4. Melibatkan anak dalam pekerjaan (kantor)
Kebanyakan anak memandang kantor, pabrik, atau toko tempat ayahnya bekerja sebagai sebuah tempat asing. Dengan sesekali mengajak anak ke tempat kerja akan membuat mereka kenal dengan kegiatan ayahnya sehari-hari.

http://female.kompas.com

5 Kelebihan Ayah dalam Mengasuh Anak

Peran ayah dalam pola asuh anak sama pentingnya dengan peran ibu. Bahkan, dalam beberapa aspek para ayah memiliki kelebihan dibanding kaum ibu dalam mengasuh anak.

1. Lebih tenang
Para pria biasanya lebih mampu berpikir rasional dan juga tenang dalam berbagai situasi. Tak terkecuali ketika mereka sedang mengawasi anaknya. Jika melihat si kecil memanjat naik ke atas meja, para ibu biasanya akan berteriak dan langsung berkata "jangan". Sebaliknya dengan ayah, mereka bisa dengan tenang berkata, "itu tidak aman nak, ayo turun dari sana,".

2. Hadir sepenuhnya
Salah satu tantangan menjadi orangtua adalah membagi waktu. Dengan sisa energi yang ada, kita masih harus menyiapkan makan malam atau membereskan rumah. Tak heran terkadang saat bermain dengan anak perhatian kita akan terpecah.

Namun, tidak dengan para ayah. Mungkin karena tak harus disibukkan dengan urusan domestik, saat bermain dengan buah hatinya mereka akan total "bersenang-senang". Rumah mungkin tampak berantakan saat mereka bermain, tetapi ayah adalah teman terbaik bagi anak-anaknya.

3. Lebih santai
Dibandingkan dengan para ibu yang sering cemas akan berbagai hal, mulai dari kebersihan sampai keamanan si kecil, para ayah justru cenderung lebih santai. Saat si kecil makan dengan berantakan mereka tidak terburu-buru mengambil lap dan membersihkan meja. Saat menghadapi anak yang susah makan, mereka juga lebih tenang dan bisa membujuk anak untuk membuka mulutnya.

4. Pelindung
Bukan berarti ibu kurang melindungi anak-anaknya, hanya sosok ayah memang identik dengan pelindung keluarga. Karena itu biasanya anak lebih suka bercerita kepada ayah mereka mengenai sesuatu hal yang membuat mereka takut.

5. Mengajarkan kemandirian
Para ibu biasanya kurang sabar dalam hal membiarkan anak mereka mengerjakan sesuatu hal dengan benar. Misalnya memakai sepatu sendiri atau saat berpakaian. Karena masih banyak hal yang harus dikerjakan, biasanya ibu selalu ingin membantu anak sehingga kemandirian anak terbentuk lebih lama. Para ayah biasanya lebih baik dalam hal ini. Mereka lebih bisa percaya bahwa buah hati mereka mampu melakukan dan bisa belajar dari kesalahannya.

http://female.kompas.com

3 Cara Membesarkan Anak Bahagia

Di toko buku, dengan mudah kita menjumpai buku-buku yang menjabarkan tentang cara-cara mencapai kebahagiaan. Bagaimana mendapatkan bahagia dalam hubungan, pekerjaan, dan juga keluarga. Rasanya, semua tujuan hidup yang ingin dicapai setiap orang adalah untuk menjadi bahagia.

Sebagai orangtua, tentu keinginan utama kita adalah kelak anak-anak hidup bahagia. Segala hal akan dilakukan setiap orangtua agar anak mereka merasa bahagia.

Namun, tujuan itu tidak bisa dicapai dengan mengabulkan setiap permintaan anak atau menjauhkan mereka dari rasa kecewa. Yang perlu dilakukan orangtua adalah membantu mengembangkan rasa optimisTIS dalam hidup. Lantas, bagaimana caranya?

Shawn Achor, penulis buku The Happiness Advatage, menyarankan tiga hal yang bisa dilakukan orangtua untuk membesarkan anak-anak yang selalu berbahagia.

1. Perhatikan pilihan kata
Faktanya, ketidakbahagiaan bisa kita rasakan. Tetapi, menurut Achor, emosi positif bisa menghilangkan dampak emosi negatif terhadap tubuh dan pikiran. Sebagai orangtua, kita ada di posisi untuk mengajari anak-anak memberikan respons positif terhadap kondisi yang negatif. Karena itu, bahasa yang kita pakai, dan tentu saja apa yang kita katakan, sangat berpengaruh.

Misalnya saja, kita bisa mengganti kata "tidak masuk sekolah karena sakit", menjadi "hari untuk memulihkan diri". Meski arti katanya mungkin sama, tetapi bahasa yang dipakai lebih fokus pada hal positif. Dengan demikian, orangtua bisa mengajak anak untuk mengisi harinya dengan beristirahat, minum banyak cairan, serta mengonsumsi sayur dan buah.

2. Mengubah kerja menjadi bermain
Kita semua sering melakukan hal-hal yang tidak kita sukai dalam hidup (meeting yang membosankan, mencuci piring, dan sebagainya). Tetapi, jika kita melakukan pendekatan secara positif atau menghubungkan diri dengan apa yang bernilai untuk kita, biasanya dengan mudah kita tak lagi memandang hal menyebalkan itu secara negatif.

Bagaimana cara kita memandang sesuatu akan berpengaruh besar? Demikian juga saat berhadapan dengan anak. Jika kita menyuruhnya membereskan mainan, mungkin ia akan menolak. Tetapi, kita bisa mengajaknya untuk berlomba siapa cepat memasukkan mainan ke dalam kotaknya.

3. Banyak berbuat baik
Ada banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup. Salah satunya adalah melakukan berbagai perbuatan baik tanpa memandang status dan agama orang lain.

Berikan contoh kepada anak berbagai perbuatan baik yang bisa ia tiru, misalnya, menyapa tetangga dengan ramah, tidak menyerobot antrean, tidak berkata kasar kepada orang lain, ataupun berkunjung ke rumah kerabat atau tetangga saat ada yang sakit atau perayaan hari keagamaan.

http://female.kompas.com

Manfaat Mengajarkan Anak untuk Banyak Tertawa dan Bersikap Sopan

Sebagai seorang ibu teladan, tentu Anda tahu mengenai manfaat dari mengajarkan hal-hal baik kepada anak sedari mereka kecil. Apa yang mereka lihat dan dengar di masa pertumbuhan, merupakan cikal bakal yang membentuk karakter dan kepribadian, saat kelak menjadi manusia dewasa. 
 
Orangtua memiliki peran penting dalam pembentukkan karakter dan kebiasaan sang buah hati, maka dari itu jangan menyepelekan usia anak yang terbilang masih kecil, dengan bebas berperilaku dan bertutur kata yang tidak pantas dilihat dan didengar oleh anak. Sebaliknya, sebarkan energi positif dalam lingkungan rumah Anda, tujuannya supaya anak dapat menyerap banyak kebaikan, agar saat mereka mulai sekolah, diharapkan dapat menjadi contoh terpuji bagi teman-temannya.
Seperti dikutip dari magforwomen berikut beberapa contoh positif yang dapat Anda tularkan pada sang buah hati. Yuk, disimak!

 Tertawa bersama
Walau si kecil belum mengerti ungkapan yang mengatakan, tawa adalah “obat” paling mujarab untuk meningkatkan kesehatan tubuh, tidak ada salahnya untuk tetap mereka untuk banyak tertawa dan menikmati hidup dalam porsi yang seimbang. Tanamkan dalam pikiran anak, bahwa manusia cerdas itu adalah seseorang yang tahu membagi waktu antara agama, karier dan kehidupan pribadi. Katakan pada mereka, bahwa tertawa lepas bersama sahabat dan keluarga dapat membuat mereka lebih bahagia dalam menjalani hidup.

Jangan cepat mengeluh
Mungkin Anda tidak sadar, kebiasaan Anda yang sering mengeluh karena jalanan yang macet, cucian yang tak kunjung kering karena hujan dan sebagainya, secara tidak langsung bisa membuat anak jadi cepat mengeluh pula. Ajarkan anak mengenai bagaimana cara menumbuhkan antusiasme yang tinggi terhadap apa pun yang mereka kerjakan. Dengan mengerjakan hal-hal yang dapat memacu semangat dan antusias mereka, selain dapat mengajarkan untuk tidak cepat menyerah, juga bisa mengidentifikasikan minat dan bakat anak. 

Bersikap sopan terhadap sesama
Ajarkan anak Anda cara bersikap sopan kepada siapa saja, caranya dengan membiasakan diri sendiri untuk berlaku sopan terhadap orang lain, supaya anak menyaksikan sendiri contoh baik ini langsung dari orangtua dan menirunya saat bersama saudara, teman serta guru di sekolah.
Bersikap sopan membantu mereka mendapatkan teman lebih banyak dan memudahkan mereka diterima dalam berbagai lapisan lingkungan sosial. Jika dari kecil anak sudah mudah bergaul, saat dewasa nanti, mereka pun pastinya lebih cepat beradaptasi di lingkungan baru. 

Menerima perbedaan secara positif
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia, ajarkan anak untuk bisa menerima kekurangan orang lain dan mensyukuri kelebihan pada diri sendiri. Dengan begitu, ketika bertemu dengan seseorang yang dinilai kurang pintar atau kurang mampu, anak pun tak langsung menghakimi tapi justru berhati besar untuk menerimanya sebagai pengalaman hidup. Terapkan pada alam pikirannya bahwa, setiap orang memiliki sisi baik. 

Jangan malu mengekspresikan kasih sayang
Banyak orangtua yang enggan terlalu sering mencium dan memeluk anak, padahal dua hal tersebut merupakan unsur utama dalam menumbuhkan empati dan kepedulian tanpa pamrih pada jiwa si kecil.  Anak perlu memahami kekuatan kasih sayang, betapa hal tersebut dapat memperkaya nuraninya sebagai manusia yang berkualitas.

http://female.kompas.com

Kiat Menghadapi Balita yang Gemar Membangkang

Menghadapi si Pembangkang perlu cara khusus. Betul, anak-anak prasekolah sebenarnya sudah diajarkan mengenai aturan dan  norma–norma secara konsisten dan mereka sedikit banyak sudah memahaminya. Namun ingat, penanaman aturan dan norma bukanlah proses yang singkat. Ada saja kendala yang menghadang, termasuk ngeyel dan membangkang untuk tidak mematuhi aturan/norma yang ada.
Nah, menghadapi si pembangkang, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Bersikap tenang dan introspeksi.
Tak perlu menanggapi sikap menentang anak dengan spontan, reaktif, dan tergesa-gesa. Bersikaplah tenang dalam menghadapinya. Pahami latar belakang yang menyebabkan anak membangkang serta kondisi psikologis dan tugas perkembangan anak usia ini. Orangtua perlu introspeksi terhadap perilaku “tidak patuh” anak. Misal, inkosistensi, aturan terlalu kaku, konsekuensi berlebihan, kurang apresiasi, dan sebagainya.

2. Hindari memberikan label
Tak sedikit orangtua menjuluki anak yang kerap protes dengan “anak nakal, bandel, pembangkang” atau menyindirnya dengan kata-kata tajam yang sesungguhnya  dapat melukai perasaan anak. Pada saat itu biasanya muncul pernyataan,“Maunya kamu ini apa sih, kok sama orangtua tidak nurut? Bisa-bisanya kamu menentang orangtua.” Kata-kata seperti ini bisa merenggangkan hubungan orangtua dengan anak.

3. Ciptakan suasana menyenangkan.
Caranya dengan mengganti ucapan yang bernada perintah/paksaan menjadi sebuah “ajakan”. Dengan bahasa ajakan yang halus, anak akan lebih mendengarkan dan senang melakukan apa yang menjadi keinginan orangtua. Ia pun merasa nyaman karena tidak merasa dipaksa. Cara yang lembut akan membuat anak merasa orangtua mencintainya dan menganggap dirinya sebagai seseorang yang spesial. Dari situ anak termotivasi melakukan yang terbaik untuk orangtuanya.

4. Ajak anak berbicara.
Bila anak merasa tak diperhatikan, ajaklah ia mengobrol. Posisikan sejajar, duduk bersama di sofa atau di teras rumah, dengarkan apa pun topik yang ia bicarakan. Tanggapi dengan baik sehingga ia merasa diperhatikan kembali. Biasakan untuk mengajak anak berdialog sejak kecil, meski perkembangan bahasanya masih terbatas. Umpama, anak menolak permintaan orangtua, tanyakan mengapa ia tidak mau, pancing jawabannya lalu coba arahkan bagaimana seharusnya. Terlebih di usia prasekolah, umumnya penolakan anak disertai dengan alasan,  “Aku enggak mau makan. Sayurnya pahit.”

5. Hindari ancaman/paksaan.               
Selain membuatnya makin menolak, anak pun jadi belajar bahwa segala hal bisa diselesaikan dengan ancaman/paksaan, bukan dengan dialog dan saling mendengarkan.
6. Instruksi yang jelas.
Bila kita memberikan instruksi atau aturan tertentu pada si prasekolah, utarakan dengan jelas, gunakan kata-kata yang sederhana, dan tidak otoriter. Anak mungkin merasa jenuh kalau kita mengatakan sesuatu panjang lebar, apalagi diulang-ulang dan terkesan menyuruh-nyuruh.
7. Cari saat yang tepat.
Hindari memberikan perintah pada saat dan kondisi anak yang tidak tepat, umpama sedang capek, lapar atau mengantuk, karena bisa dipastikan akan melahirkan ”pemberontakan” atau membantah. Permintaan pada anak sebaiknya disampaikan dalam kondisi anak tenang, santai, dan ceria.

8. Pilihan terbatas.
Misal, anak tidak mau segera tidur, orangtua bisa menggunakan kata, “Adek mau gosok gigi dulu atau ganti baju dulu baru tidur?” Dengan begitu anak merasa dilibatkan saat pengambilan keputusan. Tak kalah penting,  fokus tentang apa yang harus dilakukan. Misal, jika ingin menyuruh anak membereskan mainan, fokuslah pada masalah itu, “Membereskan mainan lebih penting untuk dikerjakan sebelum menonton teve. Jika tidak mau membereskan mainan, maka teve akan dimatikan.” Yang pasti, pesan yang ingin disampaikan harus jelas, sederhana dan tidak otoriter. Sekali lagi, anak akan merasa bosan jika orangtua selalu membahas hal yang sama berulang-ulang dan terlalu panjang.

9. Jadilah contoh.
Orangtua menjadi role model bagi si prasekolah. Tak hanya menyuruh anak membereskan mainan, tapi mencontohkan bagaimana kerapian di rumah harus dijaga. Bagaimana ayah-ibu  selalu membereskan seprai tempat tidur setelah bangun, menata sepatu di raknya kembali dengan baik, dan lainnya. Dengan sering melihat contoh dari orangtua, lebih mudah bagi anak untuk menurut saat diminta melakukan sesuatu. 

10. Reward and punishment.
Penghargaan (reward) diberikan saat anak mau mendengarkan kata-kata orangtua dan melakukannya. Penghargaan tidak harus bersifat fisik. Justru reward yang bersifat emosional (seperti pujian dan ekspresi cinta dari orangtua) jauh lebih berarti buat anak. Penghargaan yang diberikan orangtua dapat menjadi awal dalam membangun hubungan yang lebih baik antara orangtua dan anak.
Akan halnya hukuman, sebaiknya diubah menjadi konsekuensi negatif. Lakukan negosiasi dengan anak tentang konsekuensi yang diterapkan jika anak tidak mau mengikuti suatu aturan/norma. Contoh konsekuensi adalah hari Minggu si prasekolah tidak ikut pergi bertamasya, bermain lebih sebentar, atau tidak boleh bermain dengan mainan kesukaan anak dalam waktu tertentu.

Bila dengan upaya-upaya di atas, anak masih ngeyel atau membangkang, harap selalu diingat, tak ada proses penanaman nilai yang bersifat instan. Tetaplah bersabar dan jangan berputus asa untuk mengoreksi perilaku anak dengan cara-cara positif seperti yang disarankan di atas. Kabar yang menggembirakan, kepatuhan anak akan meningkat sejalan dengan perkembangan moral dan usianya. Menghadapi si pembangkang membutuhkan usaha keras dan telaten.

http://female.kompas.com

Wednesday, February 5, 2014

Miskin Kok Bahagia?

”Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat. 5:3). 

Apakah arti kalimat ini? Miskin kok bahagia? Dalam Alkitab BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini) tertera: ”Berbahagialah orang yang merasa tidak berdaya dan hanya bergantung pada Tuhan saja; mereka adalah anggota umat Allah.”  
 
Ada dua kata "miskin" dalam Perjanjian Baru Yunani yaitu : penês dan ptôkhos. Penês berarti penghasilan sehari habis buat sehari. Dengan kata lain, pendapatan sesuai UMR. Sedangkan ptôkhos berarti mereka yang hidup dari meminta sedekah.
Kelihatannya, kata ptôkhos yang digunakan Matius hendak menunjukkan makna spiritual setiap orang yang miskin rohani dan dengan kerendahan hati "meminta sedekah" agar kerajaan Allah ada dalam hati dan kehidupan mereka.

Sedangkan kata Ibrani untuk ”kaum miskin” adalah ani. Kata ini menunjuk kepada orang-orang miskin yang secara ekonomis dan politis sungguh tak punya harapan lagi. Orang-orang dalam situasi seperti itu hanya mungkin menggantungkan diri kepada Allah.

Orang ”yang miskin di hadapan Allah” disebut berbahagia karena mereka telah sampai pada kesadaran bahwa mereka tidak dapat lagi menggantungkan diri pada harta benda untuk meraih kebahagiaan sejati. Mereka mencari kebahagiaannya hanya kepada Tuhan saja.

Dalam Perjanjian Baru dalam Bahasa Indonesia Sederhana tertera: ”Beruntunglah kalian kalau merasa sangat memerlukan Tuhan. Kalian adalah umat Allah.” Itu berarti yang layak disebut umat Allah ialah setiap orang yang merasa sangat memerlukan Tuhan. Hanya kepada orang-orang yang semacam itulah, Allah memberikan kerajaan-Nya.

Kelihatannya, Sabda Bahagia hanya mengumandangkan kembali nubuat Mikha: ”Dan apakah yang dituntut Tuhan dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?” (Mi. 6:8).

Cuma tiga hal: adil, setia, dan rendah hati. Allah menuntut karena kita adalah milik-Nya. Ini bukan hal aneh, tetapi sungguh wajar. Yang nggak wajar ialah kala kita hidup semau-maunya. Hanya dengan inilah kita akan berbahagia karena telah memperlihatkan diri sebagai umat kepunyaan Allah.

Penulis: Yoel M Indrasmoro
http://satuharapan.com

Monday, February 3, 2014

"Catatan Serbet", Bukti Cinta Ayah pada Putrinya

Sebagai orangtua apa yang akan Anda lakukan jika Anda divonis hanya bisa bertahan hidup kurang dari lima tahun lagi? Yang pertama kali dipikirkan adalah bagaimana caranya membuat kenangan indah bersama keluarga dan anak-anak selagi bisa.

Sebelumnya, Garth Callaghan (44) adalah seorang pria yang cukup beruntung karena ia bisa lolos dari serangan penyakit kanker ginjal. Namun, dunianya serasa runtuh karena ia didiagnosa menderita kanker prostat. Dokter onkologinya mengatakan bahwa ia hanya punya delapan persen kesempatan untuk hidup sampai lima tahun lagi. Vonis ini membuatnya kalut, namun ia juga membuat janji untuk memberi kenangan indah bersama putrinya, Emma.

Hal ini diakuinya terinspirasi dari kelompok Because I Said I Would, sebuah kelompok advokasi nirlaba yang bertujuan untuk membuat dan menepati janji kepada orang yang dicintai. Ternyata Callaghan memiliki komitmen unik untuk membuktikan cinta dan dukungannya pada Emma.

Setiap harinya, ia berkomitmen untuk terus menulis sebuah kata-kata di atas serbet makan siang bersama dengan bekal makan siang putrinya. Ia berjanji akan terus menulis catatan ini sampai sang putri lulus sekolah, bahkan sampai ia sendiri tak ada di dunia dan tak lagi bisa bisa untuk menulisnya.

"Saya pikir, saya bisa menulis semua catatan serbet ini sebelumnya. Ini semua dilakukan agar saya dan mereka juga siap jika suatu saat saya tidak bisa memenuhi janji saya sendiri karena ada hal buruk yang terjadi," ungkapnya. Total catatan serbet yang sudah ditulisnya saat ini berjumlah 826 buah.

Tradisi ini dimulai ketika Emma duduk di kelas tiga sekolah dasar saat sang ayah belum divonis sakit. Callaghan selalu menuliskan catatan pada serbet di kotak bekalnya. Awalnya, hanya berupa kata-kata sederhana atau gambar, namun kini kata-kata yang dituliskannya ini lebih kepada isi hatinya, kata-kata motivasi, atau kutipan inspirasional.

"Ini sebenarnya bukan dilakukan karena saya terkena kanker, karena semua orang bisa mendapat musibah kapan saja. Tetapi ini semata-mata dilakukan karena saya ingin meninggalkan warisan yang berharga sehingga ia bisa mengerti beberapa filosofi hidup saya dan betapa saya mencintainya," paparnya.

Sang putri, Emma mengaku sangat menyukai kebiasaan ayahnya ini. "Saya suka catatan serbet untuk beberapa alasan. Tidak cuma alasan dan pesan seperti yang diinginkan ayah, seperti cinta atau belajar kata-kata baru. Namun, semua hal ini membuat saya menyadari betapa saya sangat mencintainya juga sekaligus mengingatkan saya untuk tidak menyia-nyiakan hidup," jelas Emma.

Sampai saat ini, Callaghan telah membuat sebuah website dan halaman Facebook untuk membantu orangtua berhubungan dengan anak-anak mereka. Dia juga membuat buku elektronik (e-book) dengan banyak pesan. Ia bahkan tak keberatan jika kata-katanya disalin untuk menyemangati anak-anak lainnya.

Ia juga berencana untuk menerbitkan buku yang berisi 826 catatan yang dituliskannya untuk Emma. "Pada dasarnya, saya berharap agar saya bisa berada bersama mereka lebih lama lagi, bahkan supaya bisa menulis catatan untuk cucu-cucu saya di atas serbet nantinya," tutupnya.

http://female.kompas.com