Monday, April 14, 2014

How Can I Protect My Child From Sexual Assault? | RAINN | Rape, Abuse and Incest National Network

How Can I Protect My Child From Sexual Assault? | RAINN | Rape, Abuse and Incest National Network

Orangtua Wajib Penuhi 3 Kebutuhan Utama Anak

Anak tumbuh dan berkembang secara fisik dan mental. Agar masa tumbuh kembang ini optimal, orangtua perlu memastikan terpenuhinya kebutuhan utama anak.

Konsultan Tumbuh Kembang Anak, Soedjatmiko menyebutkan ada tiga kebutuhan utama anak pada masa tumbuh kembang, antara lain:

1. Fisik-biologis
Berupa kebutuhan akan nutrisi (ASI, Makanan Pengganti ASI/MP-ASI), imunisasi, serta kebersihan fisik dan lingkungan. Ketiga kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan pokok yang saling terkait.

"Asupan gizi terutama dalam lima tahun pertama dalam kehidupannya balita adalah periode pertumbuhan yang penting yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Kunci asupan zat gizi yang baik adalah makanan yang sehat dan bervariasi," paparnya.

2. Emosi
Berupa kasih kasih sayang, rasa aman dan nyaman, dihargai, diperhatikan, serta didengar keinginan dan pendapatnya. Hal inilah yang diharapkan akan diperoleh anak ketika orangtua merayakan momen tumbuh kembang. Kebutuhan ini memiliki peran yang sangat besar pada kemandirian dan kecerdasan emosi anak.

3. Stimulasi
Stimulasi mencakup aktivitas bermain untuk merangsang semua indera, mengasah motorik halus dan kasar, melatih ketrampilan berkomunikasi, kemandirian, berpikir dan berkreasi. Stimulasi ini harus diberikan sejak dini karena memiliki pengaruh yang besar pada ragam kecerdasan atau multiple intelligences.

http://female.kompas.com/

Wednesday, April 9, 2014

Pelajaran Penting yang Didapat Anak dari Bermain

Salah satu hal yang paling susah dilakukan para orangtua adalah memisahkan anak dari mainan dan juga mengurangi waktu bermainnya. Semua ini dilakukan karena aktivitas ini dianggap buang-buang waktu dan tak bermanfaat oleh orangtua.

Ironisnya, kegiatan bermain kini semakin kehilangan pamor, dianggap ketinggalan jaman dan tidak berguna. Penelitian yang dikemukakan oleh Golinkoff, Hirsh-Pasek, Singer, pada tahun 2006 menunjukkan waktu bermain anak-anak kini sudah semakin berkurang. Di tahun 1981, waktu bermain anak-anak berkurang 40 persen. Dan di tahun 1997, waktu bermain anak-anak berkurang lagi menjadi 25 persen.

"Kalau dihitung-hitung, kegiatan belajar anak-anak SD sekarang ini bisa berlangsung lebih dari delapan jam sehari. Selama sekian jam lamanya mereka terkungkung di dalam ruang kelas, istirahat di sekolah hanya 2 kali 15 menit per hari. Seusai sekolah, mereka harus mengikuti les tambahan pelajaran, atau les lainnya yang kadang bukan menjadi minat mereka. Jadi, tidak heran kalau anak-anak ini stres, jenuh belajar, dan tidak bersemangat belajar, dan prestasi akademis melorot," kata Mayke S Tedjasaputra, Play Therapist.

Setiap orang, termasuk Anda dan anak-anak pasti punya batas kemampuan untuk bisa belajar dan bekerja. Anda saja bisa bosan dan capek kalau terus-terusan bekerja. Suatu saat Anda juga pasti ingin bersantai dari rutinitas, apalagi anak-anak yang dunianya penuh dengan mainan? Agar hidup lebih bahagia dan sehat, semua orang membutuhkan keseimbangan hidup, antara kegiatan belajar dan rekreasi (bermain).

Itu saja manfaat bermain? Jangan dulu beranggapan kalau bermain cuma sekadar bagian dari proses refresing saja. Lewat bermain, anak-anak juga bisa mendapat banyak "pelajaran" yang bermanfaat untuk kehidupan mereka nantinya. Bermain menimbulkan rasa senang dan menjadi sarana anak-anak untuk mengembangkan diri secara optimal.

1. Aspek fisik-motorik
Lewat bermain, energi anak akan lebih tersalurkan, dan pertumbuhan otot tubuh,  tulang, gerakan motorik kasar dan motorik halus dapat berkembang lebih baik.

2. Aspek emosional
Bermain mereka dapat menyalurkan emosi yang terpendam, meluapkan rasa tertekan atau rasa senang yang mereka rasakan. Lewat bermain, anak akan belajar cara mengatur dirinya untuk tidak memaksakan kehendaknya, beradaptasi, menjalankan kesepakatan bersama temannya, sportif, jujur, dan tidak mudah menyerah ketika mengalami kesulitan.

3. Aspek kognitif 
Dalam permainan, anak secara tak langsung akan dituntut untuk berpikir menentukan strategi yang jitu agar bisa memenangkan permainan, fokus pada apa yang dilakukan, mencari solusi ketika ada masalah yang muncul, mengorganisir teman-teman agar tercipta team-work yang solid, menghubungkan pengalaman masa lalu dengan tindakannya di masa sekarang.

4.Bahasa
Bermain ternyata juga berfungsi untuk menambah perbendaharaan kosa kata anak. Saat bermain pun, anak-anak dapat saling berbagi pengetahuan yang mereka miliki. Dengan kata lain, bermain memiliki manfaat jangka panjang bagi anak, yaitu mengasah executive function.

Jadi, jangan larang anak bermain. Sebagai orangtua sebaiknya, Anda harus mengajarkan mereka bagaimana cara membagi waktu yang tepat antara bermain dengan belajar.

http://female.kompas.com

Bermain dengan Si Kecil Dapat Membangkitkan Kreativitas Orangtua

Lupakan tekanan dan beban kerja di kantor, luangkan waktu bermain dengan si kecil tanpa ada gangguan dering telpon atau notifikasi pesan singkat di smartphone Anda.

Biarkan waktu berlalu penuh kesan bersama sang buah hati, menikmati derai tawanya, ucapan polos yang kerap salah sebut sebuah istilah, serta tatapan matanya yang mampu menumbuhkan semangat pada diri Anda. Abadikan momen berharga tersebut satu per satu dalam memori Anda, selain mengharukan untuk diingat di masa yang akan datang, ternyata bermain bersama anak bisa membangkitkan kreativitas Anda.

Menurut Jill Murphy Long, penulis Permission to Play, daya imajinasi, keberanian, dan keceriaan anak-anak selama bermain ternyata dapat menular kepada orang dewasa, terutama orangtua mereka. Sebab lewat anak-anak, kita jadi mengingat kembali masa-masa “tanpa beban” saat masih balita.  
Kesederhanaan masa kecil akan membangkitkan kembali ide-ide kreatif yang bermanfat untuk meningkatkan performa kerja di kantor, atau bahkan bisa menginspirasi Anda untuk membangun bisnis sendiri.

Jenis permainan yang mampu merangsang kreativitasi ini adalah rangkaian permainan yang dilakukan di luar rumah, misalnya berenang, bersepeda, bermain tali, dan sebagainya. Bila ingin bermain di dalam rumah, disarankan memilih jenis permainan yang melibatkan seluruh anggota keluarga.

http://female.kompas.com

Tuesday, April 1, 2014

Berbahagialah Orangtua yang Memiliki Anak Perempuan

Melalui sebuah penelitian, para ilmuan menyimpulkan bahwa keluarga yang memiliki anak perempuan cenderung lebih bahagia, sukses, dan mereka yang memiliki saudara perempuan berpotensi untuk umur panjang.
Penelitian yang dilakukan oleh tim dari Universitas Ulster di Irlandia Utara menyatakan, anak perempuan dalam keluarga merupakan energi penyeimbang. Terutama saat terjadi sesuatu yang menyedihkan dan menyakitkan, seperti misalnya perceraian orangtua, kematian, anggota keluarga terjangkit penyakit keras, dan sebagainya. Alasannya, karena secara alamiah perempuan dianugerahi kepekaan perasaan dan kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik serta membicarakan beban yang mereka rasakan. Personifikasi yang demikian membuat mereka tidak memendam pikiran dan masalah dalam hati.
Penelitian ini melibatkan partisipan sebanyak 571 orang dengan kisaran usia antara 17 hingga 25 tahun. Mereka diberikan angket berisi serangkaian pertanyaan mengenai pandangan mereka akan masa depan, apa yang mereka lakukan saat terbentur masalah, dan sebagainya. Akhirnya terangkum informasi yang menyatakan bahwa partisipan yang memiliki saudara perempuan ditemukan lebih bahagia dan menikmati hidup dengan pikiran yang terbuka.

Selain itu, partisipan yang dibesarkan oleh orangtua yang bercerai, ternyata tetap mampu menjalani kehidupan secara normal berkat memiliki saudara perempuan yang menjadi tempat mereka berbagi dan saling mendukung. “Penemuan ini bisa dijadikan materi menguntungkan bagi psikolog anak, lembaga konsutan keluarga, atau pihak lainnya yang menawarkan bantuan bagi anak-anak yang menjadi “korban” perceraian orangtua,” ujar Professor Tony Casdidy, Ketua Penelitian.
Menurut Tony, memiliki anak dan saudara perempuan mendorong komunikasi antar anggota keluarga lainnya menjadi lebih baik. Seperti yang kita ketahui dalam ilmu psikologi, mengemukakan perasaan emosional berdampak postitif bagi kesehatan batiniah manusia.

http://female.kompas.com

Sediakan Waktu untuk Melakukan "Passion"

Salah satu cara untuk meraih keseimbangan hidup adalah melakukan apa yang menjadi bakat dan kesenangan, alias passion kita. Namun, kebanyakan orang beralasan tidak ada waktu.

Setiap manusia memiliki jumlah waktu yang sama, 24 jam setiap harinya. Jika kita mau mengevaluasi bagaimana kita menghabiskan waktu tersebut, sebenarnya rata-rata kita punya waktu minimal satu jam untuk melakukan hal yang sangat penting, passion.

Apa yang menjadi passion kita adalah harta yang harus ditemukan. Sebagian orang beruntung punya pekerjaan yang membuat mereka hidup sesuai passion-nya, misalnya saja jurnalis, desainer, atau seorang chef.

Tapi, kebanyakan orang tidak seberuntung itu. Walau begitu, kita sebenarnya tetap bisa menjadikan passion kita sebagai prioritas.

1. Sadari waktu yang dimiliki
Lihatlah rata-rata waktu yang kita habiskan dalam seminggu. Berapa jam kita habiskan untuk menonton televisi atau asyik mengulik media sosial? Jika kita merasa waktu kita sedikit, mengapa tak membatasi waktu menonton televisi atau bersosialisasi di media sosial. Sisakan lebih banyak waktu untuk melakukan hal yang lebih berguna.

2. Tingkatkan ilmu
Jika passion Anda adalah sesuatu yang bersifat artistik seperti puisi atau melukis, mengapa Anda tak mengikuti kursus untuk memperdalam minat? Ajak pasangan atau anak, ini bisa menjadi cara yang berbeda untuk dihabiskan dengan orang terkasih.

3. Gunakan waktu secara bijaksana
Dalam perjalanan ke kantor, mengantri, atau ketika Anda datang lebih awal dalam sebuah janji pertemuan, gunakan waktu-waktu tersebut dengan lebih bijaksana. Misalnya, menulis blog atau membaca ulang teori yang Anda pelajari dalam kursus. Intinya adalah memanfaatkan waktu sesempit apa pun untuk melakukan apa yang kita sukai.

4. Katakan tidak
Jika Anda merasa tidak yakin untuk datang ke sebuah acara, mungkin akan lebih baik jika waktu tersebut dihabiskan untuk melakukan hal yang lain. Pikirkan banyaknya waktu yang sebenarnya bisa Anda manfaatkan.

5. Nikmati prosesnya
Berhubungan kembali dengan apa yang menjadi passion kita bisa menjadi sumber kebahagiaan. Berupaya untuk menyediakan waktu untuk melakukannya akan meningkatkan kepuasan hati.

http://female.kompas.com

Hati-hati, Ini Dampak Buruk Jika Anak Stres karena PR

Bukan hal yang aneh lagi ketika anak diberikan pekerjaan rumah (PR) dari sekolahnya, dan tidak sedikit pula anak yang 'tersiksa' karenanya. Lantas, apakah benar jika dikatakan bahwa sebenarnya PR adalah sesuatu yang dapat 'menyiksa' anak?

Seperti dikutip CNN, Sabtu (29/3/2014), sebuah penelitian terbaru yang dimuat di Journal of Experimental Education mengungkapkan bahwa beberapa pelajar mengerjakan tugas atau PR-nya selama lebih dari 3 jam setiap malam, dan itulah yang menyebabkan mengapa PR membuat anak-anak merasa begitu 'tersiksa'.

"Bagaimanapun, 3 jam itu hanyalah waktu rata-rata saja," ujar Denise Pope, seorang dosen senior di Stanford Graduate School of Education yang melakukan penelitian ini.

"Karena di dalam penemuan ini kami menemukan anak-anak yang melakukannya selama lebih dari itu, di mana kebanyakan mencapai 5 jam di beberapa kasus," imbuhnya.

Penelitian ini dilakukan pada lebih dari 4.300 pelajar dari 10 sekolah menengah atas publik dan private di bagian upper-middle-class California, Amerika Serikat. Para peneliti mencari hubungan diantara PR yang selalu diberikan sekolah dengan kecerdasan para murid.

Ternyata, hasil yang ditunjukkan dalam penelitian ini ini begitu mencengangkan. Riset menunjukkan bahwa PR yang selalu diberikan oleh sekolah dapat memberikan stres tingkat tinggi, masalah kesehatan secara fisik, dan kurangnya keseimbangan di dalam kehidupan anak-anak. Bagi 56 persen dari seluruh murid yang berpartisipasi dalam penelitian ini, PR adalah faktor stres utama mereka.

"Kami menemukan hubungan yang jelas diantara stres yang dirasakan para murid dan dampaknya secara fisik, seperti migrain, ulcers (lubang di dalam lambung), gangguan tidur, hingga penurunan berat badan," tutur Pope.

Harus diakui bahwa keberadaan PR tidak semata-mata diberikan oleh guru, melainkan juga oleh orang tua. Ada orang tua yang sangat ingin anaknya diberikan PR oleh sekolah, namun ada juga yang tidak terlalu menginginkannya. Bahkan tidak sedikit pula orang tua yang jika gurunya tidak memberikan PR, maka mereka akan membeli workbooks sendiri dan menjadikannya PR untuk anak-anaknya.

"Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab atas kesehatan anak-anak mereka. Orang tua itu harus menjadi 'pengacara' dan 'cheerleader' untuk anak-anak mereka, bukan grader atau corrector," ujar Pope.

Namun, biar bagaimana pun memang tidak bisa menghilangkan keberadaan PR secara sepenuhnya. Lantas, berapa lama batasannya yang terbaik untuk mengerjakan PR? Pope mengungkapkan bahwa sebaiknya untuk pelajar tingkat SMA yaitu tidak lebih dari 2 jam, sedangkan untuk pelajar SMP tidak lebih dari 90 menit.

"Kalau untuk sekolah dasar, tidak ada korelasinya antara PR dan penghargaan akademik yang akan didapat murid-murid SD," tandasnya.


http://health.detik.com

Agar Anak Tak Cari Info Sendiri, Ini Cara Simpel Berikan Pendidikan Seks

Bagi anak-anak apalagi remaja, hal-hal yang berbau seksual bisa saja menarik perhatian. Nah, di sinilah peran orang tua dibutuhkan untuk menjadi sarana informasi bagi anak-anak ketimbang mereka mencari informasi sendiri dari majalah, internet, atau teman. Lalu, bagaimana cara orang tua memberi pendidikan seks tersebut?

"Pendidikan seks yang diberikan tidak hanya mencakup fakta-fakta fisiologis tentang seks tapi juga menyangkut moral dan etika," kata dosen senior di bidang kesehatan dan pendidikan di Deakin University, dr Debbie Ollis.

Dikatakan dr Ollis, daripada selalu mengaitkan pendidikan seks dengan pencegahan penyakit, kehamilan, atau kekerasan seksual, dengan menambahkan unsur moral dan etika dapat menanamkan rasa tanggung jawab pada remaja di balik pemahaman mereka bahwa seksualitas adalah hal yang normal.

Caranya, percakapan tentang sistem reproduksi bisa dimulai saat anak duduk di bangku pra-sekolah yakni dengan memberi tahu beberapa bagian tubuh seperti penis, vulva, dan vagina. Selain itu, dr Ollis juga merekomendasikan supaya orang tua tak segan-segan mengawali pembicaraan tentang masalah seksual, terutama di waktu senggang dan sedang bersantai dengan keluarga.

"Saya tidak berbicara tentang mengajari anak praktik seksual, tapi berbicara tentang persahabatan dan pemahaman anak tentang tubuhnya sehingga mereka bisa bertanggung jawab dan melindungi organ seksualnya," papar dr Ollis.

Orang tua juga diharap tidak menghakimi dan amat terkejut ketika mereka menemukan fakta jika sang anak sudah mengenal lebih dulu bahasan tentang seksualitas. Sehingga, dr Ollis menyebutnya anggaplah Anda sedang membacakan cerita pada anak atau memberi arahan ketika menonton tv bersama.

Setelah itu, usahakan mendorong anak untuk bertanya agar tak ada lagi hal-hal yang masih membuatnya penasaran. Dengan begini, diharapkan remaja lebih mampu memahami apa yang mereka lihat di media dan lingkungan sekitar serta membuat keputusan tepat seputar isu-isu seksualitas.

"Mereka juga bisa membuat pilihan terkait kontrasepsi saat menikah, lebih bijak dalam menanggapi isu-isu seksual terutama isu-isu yang sering beredar di sosial media dan dialami anak muda yaitu hal-hal terkait pornografi," imbuh dr Ollis.

http://health.detik.com