Wednesday, January 18, 2023

Tentang Ulat



"There is nothing in a caterpillar that tells you it's going to be a butterfly." Richard Fuller

Berturut-turut dua hari ini bertemu dengan ulat ditanaman depan rumah. Mungkin daun-daun tanaman saya semanis yang punya, eeaaaa ...! Makanya seneng banget kupu-kupu naruh telornya dan berkembang jadi ulat-ulat ini. Masalahnya bukan karena jijik tapi daun-daun jeruk dan tanaman lain jadi habis dimakan mereka. Nggak salah sih, kan memang mereka makan dedaunan, kecuali pesen masakam Oma bisa saingan sama saya, hehehehe.

Berpikirlah saya, apa pelajaran yang  bisa saya dapatkkan dari ulat-ulat ini. Seseorang bernama Larispique Phillidor menuliskan, "jangan pernah ragu dengan potensi yang ada dalam diri anda. Cobalah lihat kupu-kupu, seandainya saja ia memiliki keraguan-keraguan, maka ia akan hidup dan mati sebagai seekor ulat bulu yang hanya bisa merangkak."Hmm, bisa jadi ini dia, tentang potensi yang masuk dalam proses perubahan sepertinya.

But wait, ada lagi juga sebenarnya, tentang mengendalikan emosi sih, seperti sewaktu Yunus menghindar dari kota Niniwe (Yunus 4:1-11) dia kesel banget sama Tuhan karena satu--satunya pohon tempat dia berteduh, habis dan layu dalam semalam karena dimakan ulat. 

Alam pun sedemikian baik menjadi jalan bagi Tuhan berbicara pada saya. Menikmati proses perubahan sekarang dan tetap tidak mengeluh seperti Yunus adalah apa yang saya harus lakukan hari demi hari. 

Lalu apa kebaikannya buat saya? Ya tentu saja jelas, menjadi kupu-kupu adalah proses alami, bukan instan, dan menyakitkan kan? Tunggu saja waktunya, waktuNya! Mengolah emosi adalah ketrampilan yang diperlukan, untuk tetap melihat kebaikan Tuhan dalam proses itu. Ada yang mengatakan, "jangan protes kalau lagi di proses." Baiklah, kalau itu yang kau mau kehidupan, aku akan menghadapinya dengan secangkir kopi yang hampir dingin siang ini.

Jangan takut jadi ulat 
kalau nanti tahu jadi kupu-kupu,
Tetap semangat
dan bilang sama Tuhan ai luph Yu!

🐛🦋