Wednesday, August 18, 2021

Nglarisi


Awal bulan Agustus biasanya banyak penjual bendera dengan gerobaknya muter di kompleks, tapi tahun ini berbeda. Sejak kekejaman pandemi menyerang banyak yang terdampak dan begitu terasa berat. Saya lupa, iya lupa selupa-lupanya kalau menyimpan bendera yang biasa tiap bulan Agustus dikibarkan. Untunglah ada satu orang penjual bendera lewat, pakai motor, dan dagangannya nggak terlalu banyak. Ngobrol dengan penjualnya katanya sepi, sudah berputar dan mangkal di beberapa tempat tidak terlalu laku dagangannya. Dia bilang biasanya tiap tahun hampir delapan puluh orang teman-temannya berjualan bendera di Jakarta, tahun ini tidak sampai empat puluh orang. 

Saya tanya berapa harga tiang dan bendera sekaligus, dia bilang bendera yang agak besar dan tiangnya seratus ribu saja. Hmmm...dalam hati mahal juga ya, tapi dari dalam rumah istri saya mengiyakan tanpa menawar lagi. Kebaikan hatinya memang tidak terkalahkan, dia keluarkan selembar merah dari dompet dan diberikan ke saya. Saya berikan ke tukang jual bendera dan ditambah servis dipasang dengan di ikat di pohon Pagar depan rumah. Saya melanjutkan memotong daun-daun muda pagar depan rumah. Dia membereskan dagangannya, dua kali mengucapkan terima kasih, menyalakan mesin motornya dan berjalan kembali berkeliling, semoga rejekinya terkumpul hari itu.

Nglarisi, meskipun sebenarnya masih bisa mencari bendera yang ada dirumah, tapi lebih baik memilih membeli baru, hitung-hitung membantu melancarkan jualan orang. Membeli meskipun tidak terlalu membutuhkan memang terlihat sederhana, tapi saya tidak tahu, mungkin rejeki yang dia dapatkan terkumpul hari itu, bisa menolong kehidupan keluarganya di kampung. Melanjutkan perjuangan hidup. Dan memang belum merdeka, tapi paling tidak Agustus ini bisa sedikit merasakan dan merayakan juga kemerdekaan ditengah pandemi.

Semoga tetap tangguh dan bisa terus tumbuh rejekinya ya Pak!

No comments:

Post a Comment