Anak membutuhkan peran dan sosok ayah, terutama mereka yang mulai
beranjak remaja. Sayangnya, kehadiran ayah dalam kebanyakan keluarga tak
dirasakan secara psikis meski secara fisik ia hadir di rumah. Peran
pengasuhan lebih banyak dilimpahkan kepada ibu. Alhasil, saat tanda
pubertas datang pada anak remaja (terutama anak laki-laki), mereka tak
punya teman bicara dan tak punya panutan untuk berperilaku sesuai peran
gendernya.
Anak membutuhkan ayah yang bisa merangkul sejak dirinya
masih balita, dan memantau tumbuh kembangnya termasuk saat masa
pubertas. Anak akan memiliki sikap terbuka kepada orangtua, jika
orangtua sudah membangun kedekatan dengan anak sejak anak masih kecil.
"Jika
orangtua sudah membagi peran sejak anak lahir, anak bisa
mengindentifikasi peran ayah dan ibunya. Pembagian peran dimulai sedini
mungkin, saat toilet training misalnya. Ayah bertugas
mengajarkan anak laki-laki, dan ibu mengajarkan anak perempuannya.
Kedekatan yang dibangun sejak dini membuat anak akan terbuka di kemudian
hari kepada ayah atau ibunya," jelas psikolog dra M Louise, MM, Psi,
saat peluncuran buku Panik Saat Puber? Say No!!! karya dr Aditya Suryansyah Semendawai, SpA, di Magenta Cafe, Pasific Place Jakarta, Rabu (6/4/2011).
Komunikasi
dan hubungan ayah-anak yang dibangun sejak kecil akan memengaruhi
tumbuh kembang anak. Saat beranjak remaja dan mengalami pubertas, anak
yang dekat dengan ayahnya takkan sungkan membicarakan masalah yang
dihadapinya.
"Anak akan datang ke ayah atau ibu sesuai
kebutuhannya, jika sejak kecil mereka mengenal pembagian peran
orangtuanya. Anak laki-laki, saat menghadapi masalah pubertas, akan
lebih terbuka berbicara dengan ayah ketimbang ibunya. Begitupun dengan
anak perempuan, akan lebih nyaman membicarakan menstruasi kepada ibunya.
Di sinilah pentingnya pembagian tugas ayah ibu dalam mengasuh anak
sejak kecil. Karenanya ayah harus memulai bicara dengan anak sebagai
teman, bulan sebagai diktator. Sebuah keluarga membutuhkan tokoh
laki-laki, dalam hal ini ayah, sebagai panutan. Terutama panutan anak
laki-laki dalam keluarga, supaya ia bisa belajar cara berpikir laki-laki
dari ayahnya, dan berperilaku sesuai gender," lanjut Louise.
Saat
anak memasuki masa pubertas, kebutuhan sosok ayah ini sangat
dibutuhkan. Ayah perlu memulai pembicaraan dengan anak, mengikuti
perubahan dalam diri anak, termasuk secara psikis. "Orangtua perlu
bicara dengan hati, pendekatan dengan cinta," lanjut Louise, menambahkan
bahwa ayah juga perlu berbicara dengan anak sesuai kebutuhannya dengan
menjadikan anak remaja sebagai sahabat.
sumber: http://female.kompas.com
No comments:
Post a Comment