Dulu, penyakit-penyakit tertentu dicap sebagai penyakit orangtua.
Mirisnya, penyakit-penyakit ini kini malah mengincar masyarakat dari negara berpendapatan rendah dan anak muda.
Tapi, siapapun bisa mencegahnya jika tahu apa penyebabnya dan bagaimana melawannya.
1. Masalah jantung
Masalah jantung masih menjadi pembunuh nomer satu masyarakat
Indonesia, baik pada pria dan wanita. Data statistik WHO pada tahun 2012
menunjukkan penyakit jantung menyumbang sekitar 30 persen kematian di
Indonesia.
Salah satu jenis penyakit jantung yang paling 'eksis' adalah
jantung koroner. Umumnya, disebabkan penyempitan arteri koroner akibat
penumpukan dan pengerasan plak (lemak, kolesterol dan endapan lain) di
pembuluh darah, yang akhirnya membatasi aliran darah yang mengangkut
oksigen ke otot jantung. Ketika jantung tak mendapatkan asupan oksigen,
maka sel-sel jantung akan mati.
"Ketika seorang ayah meninggal karena jantung koroner sebelum
usia 50 tahun, maka putranya memiliki risiko tinggi mengalami kerusakan
arteri koroner. Ketika Anda tahu memiliki risiko, maka tekan semua
faktor risikonya," jelas Dr. Hananto Andriantoro, Sp.JPD, Spesialis
Jantung dan Direktur Utama Pusat Jantung dan Pembuluh Darah RS Harapan
Kita Jakarta.
Selain jantung koroner, Kardiak aritmia juga sering dialami masyarakat Indonesia. Aritmia bisa muncul tanpa gejala apapun.
Kardiak Aritmia merupakan kondisi abnormal pada denyut jantung,
yang disebabkan adanya gangguan pada sistem elektrik jantung, sehingga
menyebabkan jantung berdenyut terlalu cepat atau terlalu lambat. Saat
mengalami palpitasi (jantung berdebar), umumnya penderita tidak
menyadari denyut jantung, hal ini mungkin terjadi karena kardiak
aritmia.
"Pasien dengan aritmia mengalami gejala lain, seperti pusing,
keletihan, nafas lebih pendek dan mendadak kehilangan kesadaran," jelas
Dr. Reginald Liew, Spesialis Jantung dari Mount Elizabeth Novena
Hospital Singapura.
Mencegah dari penyakit jantung menjadi cara terbaik. Merubah gaya
hidup menjadi lebih sehat menjadi solusinya. Seperti, olahraga teratur,
turunkan berat badan berlebih, konsumsi makanan sehat dan kurangi
asupan garam.
2. Kanker
Lebih dari 40 persen semua jenis kanker disebabkan karena pilihan
gaya hidup. Berdasarkan survei yang dilakukan di Inggris, hampir
setengah penderita yang terdiagnosa kanker disebabkan oleh pemilihan
gaya hidup yang salah.
Obesitas, merokok, konsumsi makanan tak sehat dan minuman
alkohol, masing-masing dapat menjadi penyebab timbulnya berbagai tipe
kanker. Namun, rokok menjadi pemicu utama terjadinya kanker. Merokok
menyebabkan 23 persen kanker pada pria dan 15,6 persen pada wanita.
Merokok merupakan faktor risiko nomer satu penyebab kanker
paru-paru. Asap rokok yang penuh dengan lebih dari 7.000 zat kimi
beracun sudah cukup membuat seseorang mati muda karena kanker dalam
jangka waktu relatif singkat.
Orang yang merokok 15-30 kali lebih mungkin meninggal akibat
kanker paru-paru. Bahkan, merokok beberapa batang rokok setiap hari atau
hanya sesekali sudah bisa menaikkan risiko kanker. Artinya, semakin
banyak dan sering, semakin dekat dengan risiko mati muda.
Itu saja? Belum. Merokok juga menyebabkan kanker mulut, hidung,
tenggorokan, laring, kerongkongan, kandung kemih, pankreas, lambung,
darah hingga sumsum tulang. Bahkan, orang yang tidak merokok tapi
terkena asap rokok terus-menerus memiliki risiko yang sama seperti
perokok aktif.
Hanya kanker prostat yang tidak terlalu terkait masalah gaya
hidup, tapi lebih pada masalah usia senja dan keturunan. Jenis kanker
ini menyerang sistem reproduksi pria, yaitu kelenjar prostat.
Meskipun begitu, gaya hidup sehat tetap dibutuhkan. Menjalani
hidup sehat akan mengurangi potensi risiko terkena kanker. Olahraga
teratur, makanan sehat dan menghindari racun (termasuk merokok dan
menjadi perokok pasif) akan sangat membantu. Mengingat semakin
bertambahnya umur, daya tahan tubuh akan semakin menurun.
3. Diabetes
Diabetes merupakan 'bom waktu', mulai dari gejala yang tidak terasa hingga masalah komplikasi kronis sesudahnya.
Dalam sebuah penelitian, penderita diabetes di tanah air paling
banyak mengalami komplikasi seperti retinophaty (kelainan bola mata
penyebab penglihatan kabur), neuropathy (kerusakan sistem syaraf),
proteinuria (pemicu batu ginjal), amputasi, angina (jantung koroner),
PAD (arteri kaki tersumbat dengan plak) hingga stroke.
"Diabetes memperburuk kualitas hidup penderitanya. Penderita juga
memiliki umur lima tahun lebih pendek dibandingkan orang sehat.
Gara-gara masalah komplikasi, hanya 38 persen penderita yang bisa
bekerja. Sisanya, 61 persen terpaksa tidak bekerja karena penglihatan
kabur atau diamputasi," jelas Prof. Dr. dr. Pradana Soewondo, SpPD-KEMD,
selaku PB Perkeni (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia).
Pengelolaan yang baik membuat gula darah dapat tetap terkontrol.
Gula darah yang dijaga dalam batas normal membuat penyandang diabetes
sama dengan orang sehat, serta menjauhkan penderita diabetes dari risiko
komplikasi.
4. HIV/AIDS
Buruh pabrik, pekerja di perusahaan tambang hingga transportasi
menjadi contoh pekerja yang sangat rentan terhadap penularan virus
mematikan ini. Cara penularan HIV/AIDS dari hubungan seks tidak aman
hingga pemakaian jarum suntik bisa menyebarkan virus HIV/AIDS.
Kementerian Kesehatan juga mencatat hingga akhir tahun 2012,
jumlah pria yang menjadi pelanggan wanita pekerja seks mencapai 6,7
juta. Angka ini menempatkan pria menjadi kalangan paling berisiko tinggi
terkena dan menyebarkan penyakit HIV/AIDS.
Laporan Kementerian Kesehatan (Kemkes) sampai dengan Maret 2012
menunjukkan 30.430 kasus AIDS dan 82.870 orang terinfeksi HIV di 33
provinsi Indonesia. Tercatat sekitar 85 persen penderita berada di usia
produktif.
"Upaya pencegahan untuk infeksi menular tidak kurang dari 25
persen. Ditambah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memakai kondom
saat melakukan seks berisiko," jelas Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi,
Sp.A., MPH.
http://id.she.yahoo.com
No comments:
Post a Comment