Teriakannya
meranung-raung keras, melenging dan panjang. Membisingkan telinga, padahal hari
sudah malam. Bukannya semakin lama dia kelelahan dan berhenti, justru semakin
menjadi-jadi dan seakan suara tangisnya punya kekuatan yang tidak pernah habis.
Bukan, dia buka bayi, bukan pula seorang manusia...dia adalah anak kucing yang
ditinggalkan oleh induknya.
Malam
itu cukup bising, karena tangisan anak kucing ini ada di depan rumah dan
membuat kantuk saya jadi tertahan. Tapi, seandainya membayangkan menjadi anak
kucing itu, kira-kira seperti apa perasaanya ya? Mencari induknya yang pergi
entah kemana, berteriak, menangis tanpa kabar, atau mungkin lapar dan tak tahu
harus makan apa. Atau mungkin juga rindu ingin dipeluk dan mendapatkan kehangatan
kasih sayang dari induknya.
Yesaya 26:9 mengatakan,”Dengan segenap jiwa aku
merindukan Engkau pada waktu malam, juga dengan sepenuh hati aku mencari Engkau
pada waktu pagi; sebab apabila Engkau datang menghakimi bumi, maka penduduk
dunia akan belajar apa yang benar.”
Seberapa
rindu kita untuk bertemu dengan Tuhan?
No comments:
Post a Comment