Dari lantai 7 ruang rawat inap, di seberang gedung terdapat sebuah sungai yang sedang dilakukan penanganan penumpukan sedimen oleh tiga eskavator. Alat berat ini bekerja menyusuri sungai dan mengeruk lumpur yang menebal didasar sungai. Nah, penumpukan sedimen sungai adalah pengendapan material seperti lumpur, pasir, dan partikel tanah di dasar atau tepi sungai. Hal ini dapat menyebabkan pendangkalan sungai, penyempitan lebar sungai, dan mengurangi kapasitas tampung sungai. Akibatnya, sungai menjadi lebih rentan terhadap banjir dan aliran air menjadi tidak lancar.
Sambil menyeruput kopi liong digelas plastik yang saya beli tadi pagi, halaman bacaan saya menunjukkan tentang menghadapi kekhawatiran, siapa yang tidak pernah merasa khawatir dalam hidup? Sepertinya semuanya pasti pernah, kalau masih normal dan hidup sih, hehehehe. Khawatir dan cemas memang perasaan yang normal, namun jika berlebihan akan mengakibatkan mental jadi terganggu. Bahasa kerennya sekarang mental disorder bahkan sampai jadi anxiety. Tentu saja penyebabnya memang banyak, dari stress jangka panjang, faktor genetik, peristiwa traumatis, gaya hidup dan juga lingkungan berpengaruh.
Sudah empat hari tiga malam sejak hari Senin siang berada di Rumah Sakit menunggu istri yang sedang di rawat. Bohong kalau saya tidak khawatir atau cemas, entah dari sisi yang mana pasti ada rasa itu. Secara biaya sangat bersyukur karena sudah dicover oleh asuransi, kalau yang lain-lain, hmmm...begitulah, kadang memang tidak mudah dituliskan. "Hidup dengan kekhawatiran berarti hidup melawan kenyataan." Begitu yang ditulis E. Stanley Jones, karena memang pada kenyataannya tidak semua hal perlu dikhawatirkan. Eleanor Roosevelt mengatakan, "Jika hidup dapat diprediksi, maka hidup akan berhenti menjadi hidup dan tidak memiliki rasa." Benar juga kan ya, hidup tidak akan penuh rasa jika berjalan begitu saja, biasa saja dan tanpa naik turun tantangannya.
Salah satu bagian kotbah di atas bukit yang diperkatakan oleh Tuhan Yesus adalah tentang hal kekuatiran. Di bagian akhir dari Matius 6:34 (TB) menyatakan, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari." Tentu saja kebenaran ini yang seharusnya memang saya hidupi dan pegang. Perjalanan iman memang selalu menyegarkan jiwa. Tidak perlu menumpuk kekuatiran menjadi sedimen yang menyebabkan banjir dijiwa dan pikiran kita. Firman-Nya siap mengeruk dan melancarkannya!