Perayaan Paskah mungkin menjadi ritual biasa bagi umat Kristiani di
seluruh dunia. Lain halnya dengan 18 pemangku suku adat di Kote,
Kecamatan Noemuti, Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur.
Mengenang
sejarah masuknya agama Katolik dari Portugis di Pulau Timor di daerah
setempat, ribuan warga warga merayakan tri hari suci Paskah secara
tradisional dengan budaya Portugis. Perpaduan ritual Paskah secara
modern (misa dipimpin pastur) dan tradisional warga belasan suku ini,
oleh warga disebut 'Kure'.
Prosesi ini diawali dengan pengambilan
air dan batu oleh anggota suku di sungai Noemuti untuk membersihkan
patung-patung Maria dan Yesus yang dibawa dari Portugis sejak pertama
kali bangsa itu datang ke Pulau Timor pada abad ke-15.
Kemudian
anggota suku menyerahkan persembahan seperti uang, buah-buahan, sayuran,
sirih dan pinang untuk nanti kemudian dipersembahkan bagi Allah dan
nenek moyang mereka.
Selanjutnya persembahan tersebut akan
dibagikan kepada peziarah, kelompok doa dan pengunjung yang mengikuti
prosesi Kure itu di beberapa rumah yang sudah dipersiapkan khusus yang
diberi nama rumah Tuhan atau dalam bahasa setempat disebut 'Ume
Usineno', sebagai tanda pemberian rahmat kekuatan lahir batin dari Allah
dan nenek moyang.
Pemangku adat Suku Noemuti, Raja Alex Yosep
Antonio Costa, ritual Kure, mengatakan ritual Kure sudah berlangsung
lama dan tetap dilestarikan sampai saat ini.
"Kure itu adalah
istilah dalam bahasa Latin yaitu berdoa sambil mengunjungi
keluarga-keluarga yang pada jaman dahulu menerima agama Katolik," kata
Costa yang merupakan keturunan kelima dari salah satu penyebar pertama
agama Katolik di Pulau Timor.
"Berdoanya juga dilakukan secara
singkat dan mereka hanya meminta kekuatan roh Allah dan nenek moyang
mereka yang telah menerima datangnya agama Katolik. Dan budaya ini sudah
berlangsung lama sejak datangnya Portugis di Noemuti," kata Costa,
ditemui Kompas.com di sela-sela penyelenggaraan ritual, Jumat
(6/6/2012).
Seorang pengunjung dari Kabupaten Belu, Yanuarius
Seran, mengaku senang dengan ritual Kure yang menurutnya merupakan satu
satu ritual Paskah di Pulau Timor yang masih dilestarikan sampai saat
ini.
"Sebagai umat Katolik pada umumnya dan orang Timor khususnya
merasa berbangga karena budaya seperti ini sudah langka di jaman modern
seperti ini. Karena itu saya berharap budaya Kure supaya terus
dilakukan sampai anak cucu kita,"kata Seran kepada Kompas.com.
Acara
ditutup dengan arak-arakan ribuan orang dengan membawa sisa-sisa
dekorasi dan hiasan yang dipasang di rumah adat 18 suku, menuju ke
sungai untuk dibuang. Ritual ini bermakna simbolis pelepasan segala
bala, sial, dan dosa yang dalam bahasa setempat disebut 'Sefmau'. Acara
ini sekaligus menjadi akhir ritual Kure.
http://female.kompas.com
No comments:
Post a Comment